Blog Berita >> blogberita.net |
- Nexian G900 ‘BlackBerry murah’ cuma Rp999 ribu
- Eceng gondok diolah jadi pupuk kompos
- Asli Jarar, bukan Jarar Asli
Nexian G900 ‘BlackBerry murah’ cuma Rp999 ribu Posted: 11 Jun 2009 06:52 AM PDT "Apa yang sedang kulakukan, kupikirkan, dan kuliput detik ini?" Follow me, ikuti lewat Twitter [klik di sini]. Artikel ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya blogberita.net dan membuat tautan-balik. Untuk BERKOMENTAR soal topik tulisan, KLIK JUDUL ARTIKEL. Nexian G900 ‘BlackBerry murah’ cuma Rp999 ribu Yang sudah terlanjur membeli BlackBerry seharga Rp6 juta sampai Rp8 juta mungkin bisa menyesal. Kini ada ponsel murah mirip Black Berry, bisa chatting, Facebook, dan fasilitas Internet lainnya, dengan harga gila: cuma Rp999 ribu. Mantap bila dibawa ke kantor atau dipamerkan ke rekan kerja. Belakangan ini orang-orang berduit di Tanah Air tergila-gila membeli perangkat BlackBerry yang harganya bisa membeli sepeda motor Honda bekas. Semua asyik main Internet lewat BlackBerry: chatting dengan Yahoo Messanger, nge-Facebook, nge-tweet di Twitter, browsing situs dan blog berformat mobile, atau sekadar berkirim email. Era Nokia Communicator sudah berakhir, kini masanya BlackBerry. Tapi seberapa banyak rakyat Indonesia yang mampu membelinya? Sebab itulah kehadiran Nexian G900 alias NexianBerry patut didukung. Salah satu kelebihan Nexian G900 yang tidak dimiliki BlackBerry adalah fitur pemutar radio FM. Akan melebihi penjualan BlackBerry “Target kami sih bisa melebihi penjualan BlackBerry,” kata Presiden Direktur Metrotech, Martono Jaya Kusuma di Jakarta. “Kalau sekarang BlackBerry di Indonesia 250 ribu, kami yakin bisa lebih dari itu bahkan dua kali lipat,” tulis Tempo Interaktif. Hanya dalam tempo satu bulan lebih sejak diluncurkan 1 Mei lalu, saat ini Nexian G900 sudah terjual 70 ribu unit. Martono mengatakan ponsel ini mengandalkan menu akses langsung ke Facebook dan Yahoo Messenger yang ditanamkan di daftar menu dan desain yang mirip BlackBerry. Nexian G900 alias Nexian Berry lebih detail |
Eceng gondok diolah jadi pupuk kompos Posted: 11 Jun 2009 05:39 AM PDT "Apa yang sedang kulakukan, kupikirkan, dan kuliput detik ini?" Follow me, ikuti lewat Twitter [klik di sini]. Artikel ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya blogberita.net dan membuat tautan-balik. Untuk BERKOMENTAR soal topik tulisan, KLIK JUDUL ARTIKEL. Eceng gondok diolah jadi pupuk kompos Oleh Rikardo Simamora [MoraMona] — "Lihat betapa kotornya pinggiran Danau Toba ini,” kata Sebastian Hutabarat sambil memperlihatkan foto betapa joroknya satu sudut Danau Toba, penuh sampah. Sebastian adalah warga Kota Balige, Kabupaten Tobasa. "Seandainya kita hubungi perusahaan air mineral ini (ia menyebut satu merk). Ini kan sampah hasil produksi anda juga walaupun konsumen yang membuangnya sembarang. Apa kontribusimu untuk membersihkan sampah ini termasuk yang bermerk produk anda, itu yang kita tanyakan," katanya. Sebastian sudah berbuat "sedikit." Ia adalah pionir bertanam sayur organik di Balige. Mengangkat eceng gondok yang tumbuh liar di tepi Danau Toba di kawasan Balige sekitarnya menumpuknya di samping bangunannya. Ia meramu enceng gondok dengan bermacam-macam daun-daun tanaman liar berwarna hijau menjadi kompos. Untuk memudahkan prosesnya, ia menggunakan mesin diesel penggiling lalu dibusukkan dengan cara menimbun bahan-bahan kompos ke dalam satu petak lobang dan ditutup dengan plastik. "Semua daun-daun hijau, masuk diolah kecuali daun pintu, daun jendela," katanya bercanda. Kompos ini dipergunakannya untuk memupuk beragam tanaman sayur di tanah kosong sebelah kanan bangunannya. Sayur organik ini sudah memberi hasil dua kali panen. Di lokasi yang disewanya ini dibuat model tumpang sari: sawi, selada, kangkung , bawang , cabe tampak subur. Kolam ikan mujahir ada beberapa petak serta dua petak kecil ditanami dengan padi. Harapan Sebastian, ke depan sesuai dengan pemikirannya, maunya petani di Tobasa membuat sistim tumpang sari. Kebutuhan sayur untuk keluarga petani terpenuhi, juga didapat tambahan penghasilan. Jika anda tertarik, silakan berkunjung dan rasakan nikmatnya memetik sayur organik milik Sebastian Hutabarat. |
Posted: 10 Jun 2009 08:34 PM PDT "Apa yang sedang kulakukan, kupikirkan, dan kuliput detik ini?" Follow me, ikuti lewat Twitter [klik di sini]. Artikel ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya blogberita.net dan membuat tautan-balik. Untuk BERKOMENTAR soal topik tulisan, KLIK JUDUL ARTIKEL. Jarar bukan nama generik. Bukan nama kebanyakan seperti misalnya, “Ini bapak Budi” dan “Ini ibu Wati” yang diajarkan di bangku kelas 1 SD. Jarar Siahaan adalah sebuah nama plus marga, namaku tentunya. Di kalangan orang Batak Toba sendiri belum pernah kutahu ada orang memakai nama ini. Kabarnya ada tapi sangat jarang, dan sampai detik ini aku belum pernah bertemu dengan orang yang senama denganku. Di mesin pencari Google, Jarar hanya bisa kutemukan — selain namaku sendiri — sebagai nama orang dari luar Indonesia, misalnya Perancis dan Arab Saudi, itupun lebih banyak dengan ejaan dua huruf R atau Jarrar. Tidak banyak nama Jarar muncul, sampai tadi kucoba Google menghasilkan hanya 36.700 tautan ke Jarar. Bandingkan dengan nama-nama umum seperti Andi [31 juta lebih], Budi [18 juta lebih], atau nama tengahku Fendi [15 juta lebih]. Menurut bapakku, nama Jarar adalah pemberian ompung atau kakekku. Kutanya apa maknanya, bapakku sampai sekarang belum bisa memberi jawaban memuaskan. Konon Jarar adalah kosa-kata Batak tempo doeloe. Entahlah. Apalah arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Kunamai rubrik ini sebagai Asli Jarar bukanlah hendak membantah adanya Jarar palsu yang mengatasnamakan aku di blog-blog lain. Teman-teman pembaca Blog Berita di tahun 2007-2008 tahu, namaku dan nama sejumlah kontributor web ini — antara lain si “gadis perkasa” Desy Hutabarat dan advokat-novelis Suhunan Situmorang — pernah dibajak di Internet. Kami dikondisikan sebagai penulis artikel agama yang benar-benar melecehkan agama Islam. Bahkan fotoku dan foto anakku, Gibran dan Nadya, dipasang seperti foto kriminal dengan mata dicoret [semoga karma datang padamu/kalian]. Tapi siapa yang mau dituntut, pembuat blog-blog itu anonim alias tak jantan, salah: banci. Itulah dulu ke situ — terjemahan langsung dari slang Batak “Ima jolo tu si.” Asli Jarar adalah sebuah ke-aku-an yang “angkuh”, sebab itu kunamai Asli Jarar — bukan Jarar Asli, yang berarti ada Jarar Palsu. Rubrik ini takkan menjadi apa yang diinginkan pembaca, bukan untuk memuaskan selera orang lain, tapi lebih dulu memenuhi hasratku menulis. Lagi pula aku bukan alat pemuas. Asli Jarar akan kutulis dengan tagline bikinan anakku Gibran: suka-sukakulah! Di kolom khusus ini aku takkan menulis kebenaran, melainkan “kebenaran menurut Jarar”. Di sini takkan ada artikel yang “kondusif bagi pembangunan Tobasa”. Takkan ada postingan bertajuk “Bupati Toba Samosir korupsi” atau “LSM salut dengan Kejari” atau tulisan yang diakhiri dengan kata-kata “semoga, horas, amin” dan sebangsanya. Subjektif adalah semangat utama Asli Jarar, karena bentuknya opini, opini yang ditulis seenak perut sendiri. Maka pembaca sangat sah bila berbeda haluan menanggapinya. Secara pribadi aku kurang suka dengan kesamaan, keseragaman, dan kepatuhan pada segala hal. Hidup tidak terasa nikmat bila semua orang sependapat. Hiduplah merdeka, bila tidak, matilah sekarang jugaTidak semua [tidak banyak] orang yang benar-benar merdeka. Ada orang yang rela makan hati dan memendam kesal asalkan jabatannya aman. Banyak yang diam membisu ketika seharusnya dia melawan supaya rupiahnya aman. Banyak yang malah menjilat dan membenarkan kesalahan demi kepentingan sesaat. Hanya anjing yang layak menjilati kaki majikannya. Manusia yang sadar dirinya sebagai ciptaan bermartabat seharusnya tidak berbuat rendah begitu. Anugerah paling pertama yang diberikan Tuhan kepada manusia beberapa detik setelah lahir adalah bersuara lewat tangisan. Marah, berteriak, merengek, protes, kesal, membantah, dan mendebat adalah bukti status kemerdekaan diri. Hanya orang-orang merdeka yang berani melakukannya, baik terhadap teman, orangtua, atasan, bahkan Tuhan. Pilihan bagi manusia — yang sadar dirinya manusia, dan bukan “anjing suruhan” orang lain — cuma dua: Hidup dengan merdeka, atau mati dengan mulia. Selamat berjumpa di seri #1 kolom khusus Asli Jarar! |
You are subscribed to email updates from Blog Berita To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Inbox too full? | |
If you prefer to unsubscribe via postal mail, write to: Blog Berita, c/o Google, 20 W Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar