Di Taput, suami bacok anak dan bakar rumah sendiri |
- Di Taput, suami bacok anak dan bakar rumah sendiri
- Banyak hantu berselimut di koran dan portal berita Indonesia
- Novelis ditolak penerbit buku akhirnya pilih Twitter
Di Taput, suami bacok anak dan bakar rumah sendiri Posted: 17 Jul 2009 03:42 AM PDT Stress kali bapak yang satu ini. Memang dia tidak sampai melakukan bunuh diri, tapi anak dan rumahnya sendiri jadi sasaran. Koran harian Skala Indonesia terbitan Medan dalam edisinya Jumat hari ini seperti dikutip Antara Sumut menulis, Mangoloi Simangunsong, usia 65 tahun, diduga sedang stress. Penduduk Desa Pansur Napitu, Kecamatan Siatas Barita, Kabupaten Tapanuli Utara, itu membakar rumahnya sendiri. Semua isi rumah hangus terbakar. Warga sekitar mengatakan, hingga larut malam keluarga Simangunsong terdengar ribut-ribut alias bertengkar mulut. Tiba-tiba Mangoloi Simangunsong keluar kamar dan mengambil sepucuk parang. Dia langsung membacokkan parang itu ke anaknya sendiri, Roy Simangunsong [16], yang lagi tidur. Untunglah anaknya itu tidak tewas, tapi dia menderita luka parah dan sudah dirawat di rumah sakit. Selanjutnya dia mengambil minyak tanah dan membakar rumahnya sendiri. Para tetangga tidak berani memadamkan api itu karena dia mengancam akan menggolok mereka juga. Dagaaa…. Blog Berita tidak tahu kapan peristiwa pembakaran dan pembacokan ini terjadi, karena tidak ditulis dalam berita yang dikutip Antara Sumut dari suratkabar harian Skala Indonesia. Cari dengan Google - Ketik kata kunci dalam kotak
|
Banyak hantu berselimut di koran dan portal berita Indonesia Posted: 17 Jul 2009 12:24 AM PDT Menarik disimak mengapa media pers besar semacam Kompas, Detik, Okezone, Viva News, Analisa, Metro TV, SCTV, dll masih sering memakai kata “menghantui” dan “menyelimuti” dalam judul berita yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan hantu, apalagi hantu berselimut. Sekitar tahun 2000 di kantor redaksi harian Radar Medan milik Jawa Pos. Kala itu menjelang tengah malam. Seperti biasanya, temanku yang juga atasanku Yulhasni — aku redaktur halaman Sumut, dia assisten redaktur pelaksana — sering melempar guyon kalau ada tulisan reporter yang menurutnya lucu dan “pantas ditertawakan” [baca artikel Redaktur bukan tukang gergaji ekor berita]. Oleh Jarar Siahaan di Balige, Tobasa, Sumut Waktu itu kantor kami masih ngontrak, belum punya gedung Graha Pena sendiri yang megah seperti sekarang, dan kami masih bebas merokok di lantai tiga meskipun AC dihidupkan. Yulhasni sering memakai kain sarung dan membuka kemejanya karena memang panas — harap maklum, AC-nya kurang tenaga, plus dia seorang aktivis-seniman yang susah pula diatur macam aku. Malam itu Yulhasni berdiri, berehat sejenak dari mengedit berita. Dia minta sebatang rokok dariku. Lalu tiba-tiba dia teriak: “Oi, Jarar! Tengok dulu ini, duka masih menyelimuti keluarga korban. Orang sedih kok dikasih selimut, harusnya kan dikasih penghiburan.” Kami tertawa ngakak. Di lain waktu dia “ngomel” lagi, “Lurah kangkangi SK Walikota,” lalu Yulhasni menaruh secarik kertas di lantai sambil berjalan kangkang melangkahi kertas itu.
Dan itu kupraktikkan, baik selama bekerja di media cetak maupun setelah menulis di weblog sejak awal 2007. Seingatku, belum pernah aku menulis berita dengan judul yang berisi kata-kata semacam “menyelimuti, menghantui, mengangkangi” dan sejenisnya. Contohnya dulu ketika aku masih bekerja sebagai redaktur koran, apabila ada berita dari reporter bertajuk “Kesepian menyelimuti gadis cantik itu setelah pacarnya bunuh diri”, maka akan kuubah menjadi “Gadis cantik itu kesepian….” Media pers kita sampai saat ini, dari dulu, masih sering memakai kata-kata demikian dalam judul beritanya. Tidak salah memang, tapi rasanya seperti, “Kok wartawannya malas banget, sih, mencari padanan kata yang lain.” Dengan hanya dua-tiga kali mengeklik mesin pencari Google tadi, aku langsung menemukan puluhan berita media dengan kata menghantui dan menyelimuti pada judulnya. Antara lain: Tragedi Lapindo Menghantui Warga Serang [SCTV], Ledakan terus hantui Kota Jakarta [Viva News], Duka Masih Menyelimuti Rumah Korban MOS [MetroTV], Kelangkaan pupuk masih menghantui petani Bantul [Okezone], Prita Bebas tapi Trauma Masih Menghantui [Kompas], Degradasi Hutan Masih Menghantui Indonesia [Analisa, Medan], dan masih banyak lagi.
Salah satu contoh pemakaian judul “menyelimuti” yang tepat menurutku adalah seperti diterapkan Tempo Interaktif dalam tajuk Awan menyelimuti Jakarta. Aku tidaklah sehebat redaktur Kompas atau koran Analisa, Medan, misalnya. Tapi aku punya “tips jitu” agar hantu dan selimut tidak lagi muncul dalam judul berita yang sama sekali tidak bercerita soal hantu dan selimut. Caranya adalah: Jangan pakai kata hantu dan selimut itu. Sudah, ah…, aku mau beli rokok dulu. [www.blogberita.net]
Banyak hantu berselimut di koran dan portal berita Indonesia |
Novelis ditolak penerbit buku akhirnya pilih Twitter Posted: 16 Jul 2009 09:46 PM PDT Novel Twitter, begitulah dia menyebut bentuk karya fiksinya. Dialah yang pertama di dunia menerbitkan buku novel secara mencicil 140 karakter lewat situs sosial media Twitter. Sebelumnya dia kesal karena naskah novelnya ditolak penerbit buku. Tweeting the Revolution - The first novel released on Twitter - “The French Revolution” by Matt Stewart, begitulah tajuk di blog Stewart. Stewart tinggal di San Francisco, USA, sehari-hari bekerja sebagai praktisi pemasaran. Menurutnya, sejumlah penerbit buku pada dasarnya suka dengan karangannya tetapi mereka tidak berani menerbitkan karena isinya dinilai “berbahaya”, dan gaya bahasa yang diapakai terlalu kasar. Novel berjudul The French Revolution berkisah tentang sebuah keluarga yang punya masalah berat di masa lalu tapi kemudian mereka bisa bangkit dan berhasil, termasuk dalam karir politik hingga musik.
Dia mengakui bahwa agak sulit bagi pengguna Twitter untuk mengikuti kisah ini secara saksama, karena dipenggal-penggal seperti layaknya SMS. Sebab itulah, selain versi Twitter, dia juga menjual novelnya dalam bentuk digital, yaitu Kindle lewat toko online Amazon. Walaupun kini ditolak penerbit, bisa jadi novel Stewart justru akan dicari orang beberapa saat mendatang karena penasaran setelah “promosi” di Twitter, dan jangan-jangan justru penerbitlah yang nanti mendekatinya.
|
You are subscribed to email updates from Blog Berita To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar